Hasanah Safriyani, Psi
Mengajak anak bertamu, seringkali menjadi masalah yang dilematis bagi orang tua. Di satu sisi, melalui bertamu anak akan belajar banyak hal: mengenal tempat yang berbeda, belajar sosialisasi, etika, sekaligus sebagai wahana mengakrabkan seluruh anggota keluarga. Di sisi lain, mengajak anak bertamu juga memiliki resiko: anak tidak nyaman lalu mengajak pulang, anak rewel, anak membuat kekacauan, atau malah bikin malu!
Sebetulnya
sayang kalau karena resiko tadi kita lantas memilih untuk meninggalkan
anak di rumah. Itu sama artinya kita menghilangkan kesempatan anak untuk
mengembangkan dirinya. Karena selain dampak positif seperti yang telah
disebutkan di atas, anak yang sering diajak bertamu juga akan memupuk
rasa percaya diri, rasa dihargai dan ”dianggap”, dan yang pasti
wawasannya akan banyak bertambah. Tapi bagaimana dengan resikonya?
Demikian beberapa hal yang mungkin patut dicoba, untuk meminimalisir
resiko saat mengajak anak bertamu.
Pertimbangkan kenyamanan anak
Suasana
yang tidak nyaman cenderung membuat anak susah diajak bekerjasama.
Maka jika ingin mengajak anak bertamu kita musti memperhatikan: jarak
tempuh, kondisi tempat yang akan dikunjungi, serta lamanya kunjungan.
Jika kira-kira perjalanan akan memakan waktu lama ada baiknya membawa
pakaian ganti, begitu pula jika di tempat kunjungan nanti kemungkinan
anak akan bermain basah-basah atau kotor. Beberapa buku bacaan ataupun
mainan milik anak juga perlu dibawa agar anak disana tidak bosan. Tentu
saja makanan dan minuman yang disukai anak, karena anak yang lapar akan
cenderung rewel. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah membatasi waktu,
sehingga anak tidak terlalu bosan. Masalah waktu sangat tergantung
dengan seberapa nyamannya anak disana.
Persiapkan anak
Agar
lebih adil buat anak, anak juga perlu diajak mempersiapkan diri. Orang
tua bisa memberi informasi tentang tempat yang mau dikunjungi, siapa
yang akan ditemui, dan apa bisa dilakukan disana. Bicarakan etika dan
aturan yang berlaku di tempat yang akan kita datangi. Batasi info aturan
pada hal yang boleh dilakukan anak, sehingga tidak penuh dengan
ancaman.”Disana nanti kamu boleh main di halaman, tidak keluar pagar.
Hiasan yang ada di ruang tamu untuk dilihat saja ya…” bukan ”nanti
disana jangan keluar pagar lho, awas nanti kalau kamu pegang-pegang
hiasan di ruang tamu!!”. Dengarkan juga apa yang dikhawatirkan anak di
tempat bertamu nanti, lalu cari bersama solusinya.
Hargai anak
Perlakukan
anak sebagai individu yang sedang bertamu juga, bukan sekedar pelengkap
penderita yang kita abaikan. Saat datang anak diperkenalkan ke tuan
rumah (boleh menganjurkan anak untuk bersalaman, tapi tidak perlu
terlalu ngotot karena bisa membuat anak menarik diri). Kalau pemilik
rumah juga punya anak, akan sangat baik jika anak didukung berinteraksi
dengan sebayanya. Anak juga boleh ikut berbicara, meski begitu ada
baiknya juga anak diperkenalkan dengan ”waktunya bicara” dan ”waktunya
mendengarkan”. Hindari menegur anak dengan intonasi keras di depan orang
asing (kecil-kecil anak juga punya harga diri lho..). Jika ingin
menegur anak yang lupa melepas sepatu kita bisa mendekatinya dan
berbisik ”Kak.. sepatunya ditaruh di luar yuk..”. Merendahkan anak untuk
kesopanan juga sangat tidak disarankan, misalnya ”duh maaf ya jeng..
anak saya memang nakal” kalimat seperti ini hanya akan membuat anak
berpikir bahwa ia memang nakal, plus merasa tidak dihargai.
Evaluasi
Karena
ini projek bersama, tidak ada salahnya saling memberi masukan. Sepulang
dari bertamu, kita bisa melakukan evaluasi kecil-kecilan dengan anak.
Anak juga boleh memberi masukan kepada orang tuanya.
Meskipun
sudah dipersiapkan sesiap-siapnya, mungkin saja buah hati kita
melakukan kesalahan saat bertamu. Namanya juga anak-anak. Ketulusan dan
sikap bijak orang tuanyalah yang akan membantu anak untuk belajar dari
kesalahannya, tanpa harus menjadi trauma. Semoga berhasil!