Mengajarkan pada Anak untuk Menghargai Multikultur

ECCD-RC adalah lembaga yang berjuang agar anak-anak mendapatkan dunianya yang menghargai inklusivitas, terutama hak anak, keadilan gender, ramah lingkungan hidup dan kearifan lokal. Laboratorium Rumah Citta, sebagai sekolah model ECCD-RC turut memperjuangkan nilai-nilai ECCD RC tersebut, salah satunya adalah dengan menghargai keberagaman (multikultur). Indriasari Oktaviani, S. Psi (biasa dipanggil dengan Indri) selaku Kepala Sekolah Laboratorium Rumah Citta mengatakan bahwa multikultur adalah cerminan dari inklusi dan budaya menghargai multikultur sangat diperlukan karena Negara Indonesia adalah negara yang majemuk.

Ada berbagai adat, suku, agama, dan keberagaman fisik di Indonesia sehingga menurut Indri anak-anak perlu diajarkan untuk menghargai keberagaman sejak usia dini. Hal ini bisa dilakukan dengan cara orang dewasa menerima keberagaman itu sendiri kemudian mencerminkannya melalui  gerakan, ekspresi wajah, sikap, tutur kata dan cara memfasilitasi anak dalam kehidupan sehari-hari. Di Laboratorium Rumah Citta, orang dewasa diharapkan mampu membawa diri saat bertemu dengan anak-anak dengan lebih memotivasi, berekspresi yang positif, dan mengajarkan keberagaman sesuai dengan tingkat kemampuan


anak dalam menerima dan menyerap informasi.. Misalnya, saat anak berkomentar mengenai perbedaan antara dirinya dan temannya. Jika itu hanya sebuah komentar atau proses belajar untuk mengenal dan anak-anak bisa menyelesaikan masalah itu sendiri, maka orang dewasa cukup dengan mengawasi. Tetapi, jika yang muncul adalah komentar negatif, orang dewasa perlu mengklarifikasi dan menjelaskan tentang perbedaan tersebut sampai si anak menerima dan memahami makna dari perbedaan tersebut. Selain itu, pembiasaan menghargai multikultur pada anak yang selama ini dilakukan di ECCD-RC, bisa dilakukan pada setiap kesempatan atau terjadi secara alami pada setiap peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini juga dilakukan melalui pengenalan budaya, agama, dan suku yang dikemas dalam suatu event, perayaan hari besar negara/ agama, dan pembelajaran di kelas. Orang dewasa juga bisa mengajak anak-anak untuk mencari tahu, berpikir, dan berdiskusi bersama atau menjadikan teman kecil yang telah berhasil menghargai multikultur sebagai model teman lain untuk ditiru.

            Dengan cara tersebut, anak-anak bisa menerima perbedaan kemudian secara otomatis akan menghargai keberagaman. Jika melihat/ mendengar perbedaan, anak akan mempunyai rasa percaya diri dalam memegang prinsipnya menyikapi keberagaman di sekitarnya. Anak juga akan lebih menghormati & memberi toleransi pada sesama, mampu melestarikan budaya, serta mencintai & menjaga perdamaian. Dengan demikian, Bhineka Tunggal Ika pun bisa terwujud di Indonesia.

(E/T&MK)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *