Oleh Hasanah Safriyani (ECCD-RC Jogja)
Seringkali orangtua mengeluhkan putra-putrinya yang suka melawan. Diminta melakukan A, anak malah melakukan B. Diminta melakukan B, anak melakukan C. Demikian seterusnya. Orangtua seolah kehabisan cara, untuk bisa meminta anak melakukan apa yang orangtua inginkan. Ada beberapa sebab anak suka melawan yaitu untuk mencari perhatian, menginginkan posisi tawar yang lebih, dan mencoba bereskperimen dengan reaksi orang lain. Untuk mengatasi hal-hal itu, ada beberapa cara yang bisa dilakukan orangtua yaitu:
- Memperhatikan hal positif yang dilakukan anak. Perhatian yang diberikan sebaiknya berimbang. Tidak hanya saat anak melawan kehendak orangtua, tapi perhatian lebih diberikan saat anak mau bekerjasama dengan kita. Misalnya ‘’wah ayah senang sekali Reza mandi tepat waktu sore ini, terimakasih ya..’’ hindari kata ‘’tumben..’’ atau ‘’gitu dong, kok kemarin nggak mau sih?’’ karena membuat anak jadi mengulang perilaku yang lama.
- Mengajak anak menentukan bersama. Agar anak merasa posisi tawarnya diperhitungkan, beri kesempatan untuk anak memutuskan apa yang akan dilakukan. Misalnya makan dengan piring yang mana.
- Sampaikan apa yang kita rasakan. Agar kita tidak salah memberikan respon, kita perlu tegas dalam menyampaikan apa yang kita rasakan. Anak perlu tahu kalau kita sebagai orangtua, tidak suka jika ia melawan. Jadi orangtua perlu sampaikan kalau keberatan atau tidak suka secara lugas. Tapi tidak perlu disertai omelan Panjang lebar. Mencegah anak suka melawan dengan system reward. Salah satu cara mengkondisikan anak agar memiliki kebiasaan yang baik, adalah menggunakan system reward atau hadiah. Orangtua bisa membuat kesepakatan dengan anak. Misalnya anak yang tidak mau makan siang: jika anak mau makan siang selama 20 hari berturut-turut makai a boleh membeli 5 buku baru. Setelah melewati 20 hari, anak sudah terbiasa dengan ritme itu dan akan makan siang meskipun tidak mendapat janji hadiah. Semoga bermanfaat.
Harian Jogja, 2 Agustus 2009