Dimuat di Harian Jogja
Demitria Budiningrum
’Mama, aku mau itu….mama, aku mau itu…..’, kata seorang anak umur 3 tahun sambil menunjuk sebungkus makanan ringan. Sang Mama mengambil 2 bungkus makanan ringan itu. ’Mama, aku mau itu…mama, aku mau itu,’ seru anak itu lagi sambil menunjuk minuman sari buah. Sang Mama mengambilkan 3 kotak minuman sari buah yang ditunjuk si anak.
Apakah kejadian tersebut pernah, bahkan kerap terjadi pada Bapak dan Ibu? Boleh jadi, ya. Lantas, apa yang salah dari kejadian itu? Kejadian membelikan anak makanan dan minuman yang disukai anak tentu bukan hal yang salah. Yang menarik di sini adalah, seringkali orangtua membelikan makanan dan minuman bagi anak tanpa mencermati komposisi atau kandungan makanan dan minuman kemasan tersebut.
Wah, memangnya penting ya mencermati komposisi makanan kemasan sebelum dibeli?
Tentu
saja penting. Pertama, kita menjadi tahu apa saja bahan-bahan yang
termuat dalam makanan dan minuman yang dikonsumsi anak. Terutama,
mengenai bahan-bahan yang aman atau tidak jika dikonsumsi anak. Kedua,
dengan memastikan bahwa makanan dan minuman yang dikonsumsi anak sudah
aman, itu berarti kita telah melindungi anak dari makanan yang tidak
sehat. Ketiga, dengan mengajak anak ikut serta mencermati komposisi
makanan dan minumannya sendiri, anak lama-kelamaan memiliki kebiasaan
untuk memilih makanan dan minuman sehat sendiri. ini berarti, akhirnya
memiliki kemampuan untuk melindungi dirinya sendiri.
Apa saja bahan
makanan yang perlu kita cermati? Pada umumnya, kita dapat mencermati
bahan-bahan yang mengandung pewarna, pemanis, pengawet, penguat rasa
(Mono Sodium Glutamate (MSG) atau Mono Natrium Glutamate (MNG)), penguat
aroma. Yang perlu diwaspadai adalah jika kandungan bahan-bahan tersebut
terlalu banyak jumlahnya.
Ada beberapa hal yang dapat orangtua lakukan untuk membiasakan kebiasaan mencermati komposisi makanan ini.
–
diskusikan alasan bahan-bahan tertentu tidak baik jika dikonsumsi.
Tentu saja orangtua perlu mencari tahu bahan-bahan mana yang ramah jika
dikonsumsi dan mana yang tidak.
– Buat kesepakatan bersama anak
aturan mengkonsumsi makanan dan minuman. Misal: hanya boleh membeli
makanan/ minuman yang mengandung maksimal 2 pewarna, tidak mengkonsumsi
makanan ber-MSG, dsb.
– Ajak anak melihat komposisi makanan/ minuman bersama. Meskipun anak belum bisa membaca, biasakan kebiasaan ini.
– Beri contoh dengan tidak mengkonsumsi makanan yang tidak boleh dimakan anak.
Cara
yang disampaikan di sini hanya merupakan salah satu cara untuk
melindungi anak dari makanan dan minuman yang tidak sehat. Tentu saja
orangtua dapat melakukan cara-cara lain untuk melindungi putra putrinya.
Mari kita bangun kebiasaan mengkonsumsi makanan dan minuman sehat untuk
melindungi anak-anak kita.