Strategi Pendidikan Adil Gender untuk Anak Usia Dini, Pengalaman ECCD-RC Yogya dan LSPPA

Disarikan oleh: Dian Fikriani, S.Psi, M.Ed

Judul :Feminists’ strategic role in early childhood education

Author : Sri Marpinjun, Nindyah Rengganis, Yudha Andri Riyanto, and Fransisca Yuni Dhamayanti

Marpinjun, S., Rengganis, N., Riyanto, Y.A., & Dhamayanti, F.Y. (2018). Feminists’ strategic role in early childhood education, in Feminism and the Politics of Childhood: Friends or foes?, R. Rosen & K. Twamley (Eds). London: UCL Press

Pada awal tahun 1990an, sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang hak anak dan perempuan di Jogajakarta terbentuk. LSPPA (Lembaga Studi Pengembangan Perempuan dan Anak) memiliki visi untuk mengarusutamakan kesamaan gender dalam kehidupan sehari-hari dan hukum. Pada saat itu, pemahaman mengenai hak anak dan perempuan masih sangat minim sehingga banyak terdapat kasus seperti pernikahan anak maupun kekerasan terhadap perempuan dan anak.

Namun, gerakan feminisme pada saat itu mengalami resistensi luar biasa dari masyarakat. Mengubah pandangan orang dewasa mengenai peran gender dan kesamaan hak antara perempuan dan laki-laki yang sudah menjadi kebiasaan sehari-hari di masyarakat mengalami tantangan cukup berat. Bahkan ancaman-ancaman fisik pun ditujukan terhadap para pegiat LSM yang aktif menyuarakan gerakan feminisme.

Dengan pertimbangan tersebut, LSPPA mengubah strateginya dengan memfokuskan pengenalan kesamaan hak perempuan sejak anak usia dini. Pemahaman seseorang mengenai peran gender dan belajar menjadi seorang “perempuan” dan “laki-laki” tumbuh sejak usia dini. Hal inilah yang mendasari pendidikan adil gender sejak usia dini yang dikenalkan melalui ECCD RC (Early Childhood Care and Development Resource Centre).

Tulisan dalam buku ini menjelaskan beberapa strategi ECCD RC dalam pendidikan adil gender yang dilakukan selama ini, diantaranya adalah:

  1. Pendidikan inklusif yang adil gender

Pendidikan inklusif yang dimaksud termasuk pola komunikasi efektif dan setara untuk anak perempuan dan laki-laku, kurikulum yang sensitive gender, memastikan akses yang sama untuk anak laki-laki dan perempuan terhadap kegiatan ataupun alat permainan yang tersedia.

  • Pemahaman guru yang sensitive gender

Membongkar pemahaman guru mengenai peran gender dan kesamaan hak antara perempuan dan laki-laki. Setelah itu guru diajak untuk memahami bagaimana pemahaman mengenai kesamaan hak itu dapat mempengaruhi proses belajar mengajar yang mereka lakukan.

  • Kolaborasi dengan orang tua untuk menyamakan nilai
  • Kebijakan lembaga yang adil gender

Beberapa kebijakan diterapkan dalam pengelolaan organisasi untuk mengafirmasi kesamaan hak perempuan dan laki-laki, misalnya pendidik yang ada berasal dari beragam latar belakang, baik perempuan dan laki-laki, maupun dari kalangan minoritas.

Judul : Feminism and Early Childhood Education in Indonesia: Teachers’ Reflection

Author : Sri Marpinjun and Patricia G. Ramsey

Marpinjun, S. & Ramsey, P.G. (2017). Feminism and Early Childhood Education in Indonesia: Teachers’ Reflection, in Feminism(s) in Early Childhood: Using Feminist Theories in Research and Practice. K. Smith, K. Alexander, and S, Campblell (Eds). Singapore: Springer.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *