Ternyata
pemilihan kedua tempat tersebut tidak salah, karena kunjungan ini benar-benar merupakan perjalanan yang menginspirasi. Di bukit aksara,
kami sempat mengunjungi ruang-ruang kelas, melakukan pengamatan kegiatan pendampingan anak, dan berdiskusi dengan pendidik. Kami benar-benar terkesan dengan pengelolaan sekolah ini, yang hanya dengan 9 pendidik meng-handle sekolah yang 3 lantai, tapi tetap bisa bersih, rapi dan segar. Tampak pula kedisiplinan tinggi dari para staff, merupakan pelajaran yang patut ditiru.
Di QT, kami berdiskusi dengan penggagasnya Mas Bahrudin, yang dengan kerendahan hatinya menceritakan perjalanan QT. Kami banyak belajar tentang pendidikan yang membebaskan, bahwa belajar itu tidak sama dengan sekolah, tapi jauh lebih luas. Kami juga diajak menyadari bahwa dalam diri seorang anak ada mahaguru, yang akan menggerakkan mereka untuk belajar apa saja, dimana saja, dengan cara apa saja. Guru seharusnya tidak membunuh mahaguru yang ada dalam diri seorang anak. Sudahkah kita menjadi pendamping yang membebaskan??