Aku sayang kamu…’

Oleh Demitria Budiningrum (Kepala sekolah Lab. Rumah Citta)

Apakah orangtua kerap mengucapkan kalimat tersebut? Atau kah selama ini ‘pantang’ mengucapkan kata-kata semacam: I love you, aku sayang kamu, dsb. Entah itu diucapakan kepada suami atau istri, orangtua, atau anak? Sering kita mendengar orang mengatakan: Cinta tidak perlu diungkapkan dengan kata-kata. Benerkah?

Mungkin orangtua tidak sungkan mengucapkan sayang pada anak, tapi kepada suami atau istri boleh jadi sungkan atau tidak biasa. Mengapa? Tentu ini dipengaruhi oleh latar belakang keluarga. Diakui atau tidak, ada keluarga yang kurang membiasakan seseorang mengungkapkan dengan Bahasa verbal yang lugas perasaan sayang kepada orang lain, termasuk kepada anggota keluarga. Banyak suami atau istri yang malu mengucapkan sayang pada pasangan hidupnya di depan anak. Padahal, anak masih memerlukan dampingan belajar berbagai bentuk perasaan, termasuk perasaan sayang. Anak masih belajar nama perasaan, sehingga orangtua perlu mengucapkan bahwa kita sayang pada seseorang atau sesuatu. Tidak ada salahnya bukan, mengatakan sayang pada suami atau istri, dan pada anak? Bukankah kita memang sayang kepada mereka? Selain dengan mengucapkan secara verbal perasaan sayang kita, tentu ada cara lain membimbing anak mengembangkan perasaan sayang.

Menjadi contoh.

Orangtua merupakan model pertama dan utama bagi anak. Orangtua perlu memberikan contoh menyayangi. Mengigat anak masih memerlukan sentuhan kasih sayang, maka orangtua tidak perlu segan memeluk, mencium, membelai kepala, menepuk bahu anak.

Mengajak anak melakukan

Tentu tidak baik kalau anak hanya melihat dan merasakan tanpa melakukan. Orangtua dapat mendorong anak untuk mengucap dan mengekspresikan perasaan sayangnya. Orangtua dapat mengatakan, ‘ayo kasih pelukan kencang untuk ayah,’ ‘ibu dicium dong, kanegn nih…’ ‘peluk ayah yuk, tadi udah Kerjasama bersih-bersih rumah.’ Bila anak belum mau melakukan sendiri, dapat dilakukan bersama-sama.

Mengenalkan berbagai bentuk perilaku sayang

Perilaku yang menunjukkan perasaan sayang tentu banyak sekali. Orangtua perlu membantu anak mengenal berbagai perilaku sayang itu:

  • Menenangkan teman yang menangis
  • Membereskan dan merawat mainannya
  • Membantu mengambilkan sapu
  • Mau berbagi
  • Menyiram tanaman
  • Menghabiskan makanan
  • Mengingatkan teman yang berbuat salah
  • Dsb

Tentu saja berbagai perilaku sayang ini dilakukan oleh orangtua bersama anak, tidak hanya dikatakan atau melihat oranglain melakukan.

Membiasakan anak menyayangi berbagai hal

Sebenernya apa saja sih yang harus disayangi? Tentu saja banyak yang harus disayangi. Anak perlu terbiasa menyayangi anggota keluarga, teman, guru, pengasuh, pembantu, tukang becak, pengangkut sampah, anak yatim piatu, teman yang berbeda agama, berbeda suku, berbeda kemampuan,dsb. selain menyayangi orang, anak juga perlu dibiaskaan untuk menyayangi binatang, tumbuhan, air, tanah, udara, barang miliknnya, rumah, dsb. Lagi-lagi, orangtua mencontohkan dan mendorong anak melakukannya.

Uraian diatas menunjukkan bahwa mengajarkan kasih sayang pada anak dimulai dari lingkup keluarga terlebih dahulu, baru kemudian meluas pada lingkungan sekitar. Sulit bagi anak mengungkapkan kasih sayang tidak membiasakan anak untuk mengungkapkan kasih sayang. Saya mengajak para orangtua untuk memperluas cakupan kasih sayang anak. Pada point ‘membiasakan anak menyayangi berbagai hal’, saya telah memberikan beberapa contoh yang mungkin tidak terpikirkan oleh kita selama ini, yang perlu mendapatkan kasih sayang. Seberapa seringkah kita, orangtua, mengajak anak untuk menyayangi tukang becak, pengangkut sampah, teman yang berbeda agama, berbeda suku, berbeda kemampuan?

Ajakan say aini berlandaskan keprihatinan pada kondisi masyarakat dewasa ini yang hanya mencintai ‘diri sendiri’. Sejak dulu kala Indonesia sudah beragam, mengapa kita tidak mencintai keberagaman itu? Keberagaman itulah yang membuat Indonesia kaya, yang membuat Indonesia dikenal seluruh dunia. Mari kita ajak anak mencintai keberagaman sejak dini.

Harian Jogja, 22 Februari 2009

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *