Belajar di Kamar Tidur

Demitria Budiningrum

Kamar tidur, bagi sebagian keluarga menjadi tempat yang nyaman untuk digunakan. Nyaman agar dapat beristirahat tenang. Nyaman agar dapat tidur dengan lelap. Tidur menjadi saat yang dinanti-nanti unuk melepas lelah dan memulihkan tenaga setelah seharian bermain, belajar, atau pun bekerja. Seringkali kita malas bangun karena lelah belum hilang, cuaca sejuk, atau pun menikmati kebersamaan dengan keluarga.

Bagi sebagian keluarga yang lain, kamar tidur tak ada bedanya dengan ruang yang lain. Kamar tidur benar-benar hanya menjadi tempat istirahat sejenak, setelah kerja berat hari ini. Kamar tidur menjadi tempat yang biasa saja karena harus tidur berdesak-desakan dengan orangtua dan anak karena ruangnya kecil, tempat tidur kecil. Belum lagi tempat tidur yang kurang nyaman karena tidak beralas kasur, berbantal tumpukan kain, bahkan harus tidur di lantai karena tidak punya tempat tidur.

Bagaimanapun kondisinya, kamar tidur atau area tidur (karena tidak ada ruang khusus) dapat menjadi tempat belajar bagi anak. Apa benar? Umumnya orangtua tidak mengijinkan anak bermain-main atau belajar di kamar tidur. Kalau bermain di kamar tidur, yang dibayangkan adalah nanti kamar tidur jadi berantakan dan kotor. Kalau belajar di kamar tidur, nantinya anak pasti lebih banyak ngantuknya daripada belajarnya. Wah, bisa kacau!

Nah, bermain atau belajar seperti apa sih yang bisa dilakukan atau didapat anak di kamar tidur?
– Menyikat gigi, cuci kaki, buang air kecil sebelum tidur: membiasakan perilaku hidup sehat, sifat benda (cair-padat), disiplin, dsb.
– Mencermati kondisi tempat tidur: meraba permukaan tempat tidur, apakah terasa bersih atau ada kotoran. Hal ini dapat melatih kepekaan perabaan anak dan membedakan bersih-kotor dan kasar-halus.
– Memperhatikan kelengkapan perlengkapan tidur: anak diajak untuk melihat apakah perlengkapan tidurnya sudah lengkap atau belum. Misalnya: bantal, guling, selimut, dsb. Cara ini melatih anak untuk mempunyai keterampilan mengamati, identifikasi benda, dan tanggungjawab terhadap kebutuhan pribadi.
– Bercerita: dapat anak atau orangtua yang bercerita. Bercerita dapat memakai buku, dongeng, atau bercerita tentang kegiatan hari itu. Melalui kegiatan ini anak mengembangkan daya imajinasi, nilai-nilai kehidupan, keterampilan bercerita, kedekatan emosi dengan orangtua, dsb.
– Membereskan perlengkapan tidur: melalui kegiatan ini anak melatih kebiasaan hidup bersih, disiplin, keterampilan melipat selimut, penataan tempat bantal, guling, selimut (spasial)
– Menata letak: anak dapat dilibatkan dalam menata letak tempat tidur, meja, lemari, perabot lain di kamar tidur. Kegiatan ini dapat meningkatkan kecerdasan spasial, kekuatan lengan, keberanian mengungkapkan ide, kepercayaan diri, dsb.

Tentu masih banyak lagi kegiatan yang dapat dilakukan anak di kamar tidur. Orangtua dapat menemukan kegiatan lain yang memungkinkan anak terlibat di dalamnya.

Beberapa contoh kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang sederhana. Kegiatan di kamar tidur dapat berlangsung baik, tentu saja dengan kesadaran penuh dari orangtua bahwa anak berhak untuk terlibat dalam kegiatan di rumah, berhak berpendapat, dan diakui sebagai individu bukannya orang dewasa kecil. Sangat memungkinkan adanya diskusi, kesepakatan bersama, penyesuaian dengan kemampuan anak dan situasi tiap rumah.

Dapat kita lihat, ruang tidurpun dapat menjadi tempat belajar bagi anak. Ternyata, yang disebut guru itu tidak hanya orang yang mengajar di sekolah. Orangtua justru menjadi guru yang pertama dan utama bagi anak, melalui kegiatan ’sederhana’ dalam kehidupan sehari-hari.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *