— Bermain/Belajar dari Rumah Karena Virus Corona —
IDE MAIN DI RUMAH: PERMAINAN TRADISIONAL. Biar tak kelamaan bermain gawai, anak-anak diberi kegiatan apa lagi ya, selama Bermain/Belajar dari Rumah? Bagaimana kalau coba mainkan permainan tradisional ini?
Permainan-permainan ini sudah coba dimainkan oleh teman-teman kecil siswa Lab School Rumah Citta bersama keluarga di rumah, lho. Dari cerita-ceritanya sih bisa membuat semua senang, bergembira, dengan segala keterbatasan #dirumahaja.
Lihatlah, ada teman kita Gan*s sedang asyik main ‘bitingan’ bersama kakaknya, lho. Yuk, siapa mau coba!
1. Lompat Tali
Ini paling simpel. Cukup siapkan tali, ikat satu ujungnya di kursi (atau lainnya), lalu anak dan pemain lain bergantian melompat. Bisa juga masing-masing ujung diikat, sehingga anak bisa main sendiri. Idealnya memang memakai tali karet karena lentur dan mudah mengikuti gerakan.
2. Engklek, Ingkling
Sering disebut juga dengan sundamanda, cara memainkan permainan ini adalah dengan bergantian melompati petak-petak dengan satu kaki. Petak-petak bisa digambar di lantai atau tanah. Jangan lupa sediakan gacuk krewengnya. Kreweng adalah sebutan pecahan genteng. Untuk dimainkan di dalam rumah, kreweng bisa diganti dengan kertas kardus bekas.
Dari pengalaman siswa dan ortu Rumah Citta, permainan ini seru dimainkan bersama keluarga. Membakar lemak, mengundang tawa, sembari olahraga atau berjemur dipagi hari.
3. Dhelikan, Petak Umpet
Anak-anak juga suka memainkan ini. Tantangannya selama #dirumahaja adalah menemukan tempat persembunyian yang ada di dalam atau di sekitaran rumah saja. Ini yang bikin seru karena memancing kreativitas bersama. Oya, jangan lupa cek lemari-lemari, ya. Siapa ada yang memanfaatkannya sebagai tempat sembunyi, haha.
4. Jamuran
Bisa seru dimainkan kalau di rumah setidaknya ada 3-4 orang yang bersedia ikut main. ‘Jamur’-nya bisa dikembangkan sendiri agar lebih seru. Anak usia 5 tahunan masih bisa menikmati permainan ini.
5. Cublak-Cublek Suweng
Anak-anak senang memainkan permainan ini. Berbekal kerikil yang disembunyikan di genggaman, Ayah/Ibu bisa bermain tebak-tebakan dengan anak-anak sambil bernyanyi. Lumayan untuk mengekspresikan kejenuhan yang terpendam, kan?
6. Dakon, Congklak
Tak harus punya papan dakon untuk memainkannya. Papan (pura-pura) bisa dibuat dari kertas yang digambari lingkaran-lingkaran sebagai ceruk (pura-pura).
Atau pakai cara anak jaman dulu yaitu dengan membuat cerukan di tanah, mengisinya dengan kerikil atau biji-bijian yang akan didistribusikan memutar ke setiap lubang/cerukan. Itung-itung belajar berteman dengan alam, berkenalan dengan tanah sambil berlatih menggenggam dan belajar berhitung. Tangan kotor? Bisa cuci tangan pakai sabun.
7. Bekelan
Perlengkapan mainnya adalah biji bekel dan bola kecil. Dengan keterbatasan #dirumahaja ini, biji bekel bisa diganti dengan kerikil atau benda kecil lain. Bola bekel bisa dibuat dari jalinan karet gelang yang dibentuk bulat membola, sehingga bisa dipantulkan.
Bekelan cukup berguna melatih koordinasi mata dan tangan, juga melatih anak menggenggam. Tapi, level permainan silakan disesuaikan dengan usia anak, ya.
Anak yang penasaran, akan cenderung asyik bermain sendiri karena ingin menjadi mahir. Sementara itu, Ayah/Ibu bisa melakuakn hal lain sambil mengawasi saja.
8. Bitingan, Suthilan
Ini permainan sederhana yang cukup menantang. Alatnya cukup potongan lidi, dan kapur atau selotip untuk membuat area main. Sediakan minimal 10 batang lidi berukuran panjang 8-10 cm, lebih banyak lebih seru! Tekuk beberapa lidi (proporsi 1 dari 10 batang lidi) sebagai alat khusus.
Genggam lidi lalu lepaskan di sebuah area main yang sudah dibatasi, biasanya di lantai. Tugas pemain adalah mengambil lidi satu demi satu tanpa membuat lidi lain bergoyang. Jelas butuh konsentrasi dan kesabaran untuk melakukannya, jadi memang ini lebih cocok untuk anak yang lebih besar. Usia 5 tahun ke atas. Nah, mainkan bersama keluarga. Beri skor untuk setiap lidi yang terambil, agar lebih menantang, sekaligus belajar berhitung.
Selain belajar berhitung, ternyata ada hal lain yang bisa dipelajari anak, lho. Diantaranya adalah belajar menunggu giliran, belajar sportif (dengan mengakui ada lidi yang goyang meski pemain lain tidak melihat), juga belajar strategi pemecahan masalah.