Kenapa berebutan sih..?

Anak berebut mainan memang hal yang wajar, lumrah, dan terjadi dimana-mana. Kenapa? Karena anak 2 tahun- 4 tahun masih belum memahami konsep kepemilikan, ini milikku, iyu milikmu. Sifat egosentris mereka sedang berkembang. Semua milikku. Ditambah lagi, anak berpikir secara konkret, belum bisa memikirkan sesuatu hal yang salah atau perbuatan tidak baik. Meski bisa dibilang wajar, bukan berarti kita sebagai orangtua kemudian membiarkan begitu saja. Anak harus tahu bahwa merebut bukan perbuatan yang baik.

Kenapa ya kok anak suka merebut?

Selain hal diatas, beberpa hal dibawah ini juga menjadi penyebab munculnya perilaku merebut anak.

  • * Belum tahu aturan. Anak belum tahu cara meminjam atau cara meminta izin pada pemiliknya.
  • * Meniru. Meniru atau modelling merupakan hal yang paling sering dilakukan anak. Bisa jadi dirumah anak biasa melihat ada anggota keluarga yang sering berebut remote control agar bisa melihat tayangann favorit masing-masing. Memakai barang yang bukan miliknya tanpa meminta izin pada pemiliknya, dan pemiliknya juga diam saja meski tahu. Nah, anak melihat semua ini kemudian berpikir ”Ternyata boleh kok memkai barang orang lain tanpa izin, papa diam kok saat mama pakai handphone papa tanpa bilang”.
  • * Minta perhatian. Semua anak-anak pada dasarnya ingin diperhatikan. Namun, tak jarang perhatian orang tua bukan pada perilaku positif mereka. Ketiga anak berbuat baik, orang tua diam saja,”memang seharusnya begitu”. Giliran anak berbuat salah atau melakukan perbuatan tidak baik, mrebut mainan teman, orangtua memberi respon secra berlebihan. Memberi nasehat panjang lebar, memarahi, hingga memberinya hukuman. Akhirnya anak berpikir, ”Oo..gitu ya caranya biar diperhatikan mama. Kalau gitu aku, akan merebut mainan adik lagi.”
  • Lalu bagaimana sebaiknya orangtua bersikap?
  • * Biasakan selalu meminta ijin. Beri pengertian pada anak, jika dia ingin meminjam, maka harus minta ijin dulu pada yang punya. Kita bisa memberi tahu caranya dengan mengatakan”boleh pinjam?”
  • * Kenalkan konsep kepemilikan. Ajari anak untuk mengenali barang atau mainan miliknya juga milik orang lain dengan mengenali tanda-tanda yang ada pada barang tersebut. Misalnya,”tas biru ini punya Bunda. Nah, kalau punya Dea tas kuning bergambar beruang”.
  • *Dorong untuk berempati. ”Ade sennag ngga, kalau mainannya direbut teman? Ngga senang ya? Begitu juga dengan teman Ade. Bimo juga ngga senang seperti Ade saat mainannya Ade rebut”. Mengajaknya perpikir seperti itu akan lebih mudah diterima anak.
  • * Jelaskan akibat perilaku suka merebut. Beritahu anak apa akibatnya jika ia masih sering merebut mainan teman. Misalnya, dijauhi teman.
  • *Hindari memberikan label negatif. Pemberian label negatif justru akan memberi penguatan pada anak tentang konsep diri yang negatif, dan itu akan memengaruhi tindakannya juga. ”kata mama, aku anak yang nakal. Kalau aku berbuat baik mama ngga percaya. Ya, sudah aku jadi anak nakal aja seperti kata mama”.
  • * Konsekuensi. Bicarakan dengan anak-anak tentang konsekuensi jika ia masih sering merebut mainan teman. Misalnya, jika masih merebut mainan teman, tidak boleh main sepeda selama 1 hari. Konsekuensi dipilih dari kegemaran anak, slain tidak menyakiti perasaan juga fisiknya, anak akan lebih merasakan efeknya.
  • *Konsisten. Jika diputuskan tidak boleh main sepeda slama sehari, meskipun anak menangis meraung-raung, orangtua harus konsisten menjalankan aturan yang sudah disepakati bersama.

Oleh Murni Setyasih- Edukator Rumah Citta ECCD-RC Jogja

Telah dipublikasikan oleh media cetak Harian Jogja 15 Maret 2009

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *