Dimuat di Harian Jogja
Murni
Anak
berebut mainan memang hal yang wajar, lumrah, dan terjadi dimana-mana.
Kenapa? Karena anak 2-4 tahun masih belum memahami konsep kepemilikan,
ini milikku, itu milikmu. Sifat egosentris mereka sedang berkemang.
Semua milikku. Ditambah lagi, anak berpikir secara konkreit, belum bisa
memikirkan sesuatu yang sifatnya abstrak. Sehingga bagi mereka, merebut
bukanlah sesuatu hal yang salah atua perbuatan tidak baik. Meski bisa
dibilang wajar, bukan berarti kita sebagai orang tua kemudian membiarkan
begitu saja. Anak harus tahu bahwa merebut bukan perbuatan yang baik.
PENYEBAB
Selain hal diatas, beberpa hal di bawah ini juga menjadi penyebab munculnya perilaku merebut anak.
1.belum tahu aturan
anak belum tahu cara meminjam, atau cara meminta ijin pada pemiliknya
2.meniru
meniru
atau modelling merupakan hal yang paling sering dilakukan anak. Bisa
jadi di rumah anak biasa melihat ada anggota keluarga yang sering
berebut remote kontrol agar bisa melihat tayangan favorit masing-masing.
Memakai barang yang bukan miliknya tanpa meminta ijin pada pemiliknya,
dan pemiliknya juga diam saja meski tahu. Nah, anak melihat semua ini
kemudian berpikir “teryata boleh kok memakai barang orang lain tanpa
ijin, papa diam kok saat mama pakai handphone papa tanpa bilang”.
3.minta perhatian
semua
anak anak pada dasarnya ingin diperhatikan. Namun, tak jarang perhatian
yang diberikan orang tua bukan pada perilaku positif mereka. Ketika
anak berbuat baik, orang tua diam saja, “memang seharusnya begitu”.
Giliran anak berbuat salah atau melakukan perbuatan tidak baik, merebut
mainan teman, orang tua memberi respon secara berlebihan. Memberi
nasehat panjang lebar, memarahi, hingga memberinya hukuman. Akhirnya
anak berpikir, “Oo… gitu ya caranya biar diperhatikan mama. Kalau gitu
aku, akan merebut mainan adik lagi.”
PENANGANAN
1.biasakan selalu meminta ijin
Beri
pengertian pada anak, jika dia ingin meminjam, maka harus minta ijin
dulu pada yang punya. Kita bisa memberi tahu caranya dengan mengatakan
“boleh pinjam?”
2.kenalkan konsep kepemilikan
ajari anak untuk
mengenali barang atau mainan miliknya juga milik orang lain dengan
mengenali tanda-tanda yang ada pada barang tersebut. Misalnya, “ tas
biru ini punya Bunda. Nah, kalau punya Dea tas kuning bergambar
beruang”.
3.dorong untuk berempati
“Ade senang nggak, kalau
mainannya direbut teman? Nggak senang ya? Begitu juga dengan teman Ade.
Bimo juga nggak senang seperti Ade saat mainannya Ade rebut”.
Mengajaknya berpikir seperti itu akan lebih mudah diterima anak.
4.jelaskan akibat perilaku suka merebut
beritahu anak apa akibatnya jika ia masih sering merebut mainan teman. Misalnya, dijauhi teman.
5.hindari memberikan label negatif
pemberian
label negatif justru akan memberi penguatan pada anak tentang konsep
diri yang negatif. Anak memandang dirinya selalu negatif, dan itu akan
mempengaruhi tindakannya juga. “kata mama, aku anak nakal. Kalau aku
berbuat baik mama nggak percaya. Ya, sudah aku jadi anak nakal aja
seperti kata mama”
6.konsekuensi
bicarakan dengan anak anak
tentang konsekuensi jika ia masih sering merebut mainan teman. Misalnya,
jika masih merebut maian teman, tidak boleh main sepeda selama satu
hari. Konsekuensi dipilih dari kegemaran anak, selain tidak menyakiti
perasaan dan juga fisiknya, anak akan lebih merasakan efeknya.
7.konsisten
jika
diputuskan tidak boleh main sepeda selama sehari, meskipun anak
menangis meraung-raung, orang tua harus konsisten menjalankan aturan
yang sudah disepakati bersama