Materi siaran di Radio Anak Jogja
Hasanah Safriyani, Psi
Beberapa
orang tua mengeluhkan anaknya selalu membantah jika diajak bicara.
Seiring dengan berkembangnya pola asuh yang semakin demokratis,
kemampuan anak untuk berargumentasi pun semakin baik. Anak tidak hanya
sekedar diam dan mengikuti apa saja yang diperintahkan orang tua, tapi
juga bisa menjawab, menawar bahkan ikut mengatur. Lalu apakah kebiasaan
anak mendebat itu bisa dianggap wajar, atau merupakan hal yang
berlebihan??
Betulkan anak harus selalu menurut?
Anak
bukan robot. Ini harus kita hayati lebih dulu sebelum mengulas tentang
perilaku mendebat. Anak juga memiliki keinginan sendiri, punya sudut
pandangnya sendiri, dan dia membutuhkan wadah untuk bisa
mengutarakannya. Sayangnya, kemampuan anak dalam mengontrol emosi dan
memilih kata belum begitu baik sehingga argumentasi yang dikeluarkan
anak kadang dimunculkan dengan teriakan, atau kata yang kurang tepat
sehingga di mata orang tua tampak sebagai perbuatan yang tidak sopan.
Apa yang terjadi saat anak berargumentasi?
Saat
berargumentasi, anak sebetulnya sedang belajar menyatakan apa yang ia
pikirkan dalam bentuk kalimat. Dengan begitu anak sedang mengembangkan
kemampuan daya pikir, bahasa (memilih dan memformulasikan kata dalam
bentuk kalimat) sekaligus mengolah emosinya. Maka perilaku mendebat
bisa juga disebut dengan kemampuan argumentasi anak. Kemampuan
berargumentasi memiliki peranan penting dalam menentukan posisi tawar
seseorang dalam sebuah masalah.
Kenapa Mendebat?
- Mengemukakan perbedaan pendapat
- Ingin tahu tentang sesuatu
- Memancing respon orang dewasa
- Coba-coba
- Ingin mengungkapkan ide yang terlintas di benaknya
- Mendapatkan keinginannya
Apa yang sebaiknya dilakukan orang tua
- tanggapi jika diperlukan saja
- bantu anak memilih kata
- control emosi
- gunakan metode kaset rusak. Fokus pada apa yang ingin kita sampaikan
- buat kesempatan