Ditulis : Hasanah Safriyani (Koord. Training ECCD-RC Jogja)
Dari Harian Jogja, Edisi minggu legi 5 Oktober 2008
Mengajak anak bertamu, seringkali menjadi masalah yang dilematis bagi orangtua. Di satu sisi, melalui bertamu anak akan belajar banyak hal: mengenal tempat yang berbeda, belajar sosialisasi, etika, sekaligs sebagai wahana mengakrabkan seluruh anggota keluarga. Di sisi lain, mengajak anak bertamu juga memiliki resiko: anak tidak nyaman lalu mengajak pulang, anak rewel, anak membuat kekacauan, atau malah bikin malu!
Sebetulnya sayang kalau karena resiko tadi kita lantas memilih untuk meninggalkan anak di rumah. Itu sama artinya kita menghilangkahan kesempatan anak untuk mengembangkan dirinya. Karena selain dampak positif seperti yang telah disebutkan di atas, anak yang sering diajak bertamu juga akan memupuk rasa percaya diri, rasa dihargai dan “dianggap”, dan yang pasti wawasannya akan banyak bertambah. Tapi bagaimana dengan resikonya? Demikian beberapa hal yang mungkin patut dicoba, untuk meminimalisir resiko saat mengajak anak bertamu.
Pertimbangkan kenyamanan anak
Suasana yang tidak nyaman cenderung membuat anak susah diajak bekerjasama. Maka jika ingin mengajak anak bertamu kita musti memperhatikan: jarak tempuh, kondisi tempat yang akan dikunjungi, serta lamanya kunjungan. Jika kira-kira perjalanan akan memakan waktu lama ada baiknya membawa pakian ganti, begitu pula jika di tempat kunjungan nanti kemungkinan anak akan bermain basah-basah atau kotor. Beberapa buku bacaan ataupun mainan milik anak juga perlu dibawa agar anak disana tidak bosan. Tentu saja makanan dan minuman yang disukai anak, karena anak yang lapar akan cenderung rewel. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah membatasi waktu, sehingga anak tidak terlalu bosan. Masalah waktu sangat tergantung dengan seberapa nyamannya anak disana.
Persiapkan anak
Agar lebih adil buat anak, anak juga perlu diajak mempersiapkan diri. Orangtua bisa memberi informasi tentang tempat yang mau dikunjungi, siapa yang akan ditemui, dan apa bisa dilakukan disana. Bicarakan etika dan aturan yang berlaku ditempat yang akan kita datangi. Batasi info aturan pada hal yang boleh dilakukan anak, sehingga tidak penuh dengan ancaman. “Disana nanti kamu boleh main di halaman, tidak keluar pagar. Hiasan yang ada di ruang tamu untuk dilihat saja ya…” bukan “nanti disana jangan keluar pagar lho, awas nanti kalau kamu pegang-pegang hiasan di ruang tamu!!”. Dengarkan juga apa yang dikhawatirkan anak di tempat bertamu nanti, lalu cari bersama solusinya.
Hargai anak
Perlakukan anak sebagai individu yang sedang bertamu juga, bukan sekedar pelengkap penderita yang kita abaikan. Saat datang anak diperkenalkan ke tuan rumah (boleh menganjurkan anak untuk bersalaman, tapi tidak perlu terlalu ngotot karena bisa membuat anak menarik diri). Kalau pemilik rumah juga punya anak, akan sangat baik jika anak didukung berinteraksi dengan sebayanya. Anak juga boleh ikut berbicara, meski begitu ada baiknya juga anak diperkenalkan dengan “waktunya bicara” dan “waktunya mendengarkan”. Hindari menegur anak dengan intonasi keras di depan orang asing (kecil-kecil anak juga punya harga diri lho…). Jika ingin menegur anak yang lupa melepas Sepatu kita bisa mendekatinya dan berbisik “Kak… sepatunya ditaruh di luar yuk …”. Merendahkan anak untuk kesopnan juga sangat tidak disarankan, misalnya, “duh, maaf ya jeng … anak saya memang naka” kalimat seperti ini hanya akan membuat anak berpikir bahwa ia memang nakal, plus merasa tidak dihargai.
Evaluasi
Karena ini projek bersama, tidak ada salahnya saling memberi masukan. Sepulang dari bertamu, kita bisa melakukan evaluasi kecil-kecilan dengan anak. Anak juga boleh memberi masukan kepada orang tuanya.
Meskipun sudah dipersiapkan sesiap-siapnya, mungkin saja buah hati kita melakukan kesalahan saat bertamu. Namanya juga anak-anak. Ketulusan dan sikap bijak orang tuanyalah yang akan membantu anak untuk belajar dari kesalahannya, tanpa harus menjadi trauma. Semoga berhasil!