Dimuat di Harian Jogja
Herlita Jayadiyanti
”Ma, kok bisa ada adik bayi?terus keluarnya lewat mana?”
”Ayah kok dadanya gak seperti ibu? Adik kok punya penis tapi kakak kok gak punya?”
”kenapa mama sama papa ciuman?”, dst…dst…
”Hush
gak usah tanya-tanya gituan, masih kecil, jorok ngomong kayak gitu udah
main aja sana….mama gak suka adik ngomong kayak gitu.”
Wah-wah
hidup di zaman yang berbeda dan pola asuh yang berbeda memang membuat
sebagian besar orangtua malu atau tabu bicara tentang seks pada anak.
Jangankan ngobrol soal seks, dalam penyebutan alat kelamin saja, coba
kita lihat disekitar kita berapa banyak orangtua yang menggunakan
istilah penis atau vagina? Mungkin tidak banyak. Padahal ini juga organ
tubuh yang memang punya nama sama seperti tangan, kaki, paha, perut dan
anggota tubuh yang lain.
Dan perlu kita pahami juga bahwa
keingintahuan anak tentang seks adalah sesuatu yang normal dan wajar dan
keingintahuan ini mau tidak mau harus dijawab dengan informasi yang
tepat. Tidak dapat jawaban dari bapak Ibu pun mereka akan terus mencari
informasi dari sumber yang lain loh. Ya kalau tepat, kalau tidak?
Kok anak usia dini bertanya soal seks, wajar ?
Wajar
karena pada usia pra sekolah 3-6 tahun, anak masuk pada phase phalik
setelah sebelumnya berada pada fase oral dan anal. Pada phase ini anak
mulai mengetahui perbedaan seks antara lelaki dan perempuan. Cirinya,
mereka suka memainkan alat kelaminnya dan mulai bertanya soal seks,
seperti pertanyaan-pertanyaan diatas tadi.”
Meski sudah tahu
perbedaan jenis kelamin laki dan perempuan, tapi pada dasarnya anak usia
ini belum mengerti kenapa berbeda. Nah, tugas orang tua untuk
memberikan pengertian. Biasanya pertanyaan yang sering muncul adalah
umum dan terpusat pada perbedaan anatomi tubuh, kehamilan dan kelahiran,
bukan berarti lalu kecil-kecil kok porno tetapi hal ini terjadi karena
anak-anak usia ini mulai mengenali seksualitasnya disamping mereka juga
sudah lebih sadar akan lingkungan sekitarnya.
Dan ketika anak sudah
masuk pada phase ini maka orang tua sudah bisa memberikan pendidikan
seks pada anak. Bisa diawali dengan menjelaskan perbedaan anatomi
laki-laki dan perempuan misalnya perempuan punya payudara,vulva, vagina
dan rahim. Laki-laki punya penis dan testikel. Lalu fungsinya untuk apa.
Apa yang harus disiapkan orangtua agar pendidikan seks yang diberikan efektif ?
Jawab pertanyaan anak dengan jujur
Katakan
terus terang kalau saat ini kita tidak bisa menjawab atau merasa sulit
untuk menjelaskan pada anak dan akan mencari dibuku. Beri tahu juga
kapan kita baru bisa memberikan jawabannya, dengan konsekuensi harus
ditepati. Ini lebih baik daripada asal menjawab. Anak pun akan
menghargai kejujuran orangtuanya.
Jelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami anak
Ketika
ada pertanyaan ”darimana asalnya bayi?”. orang dewasa dapat menjawab
bahwa bayi tumbuh di dalam perut ibu sampai bayi siap dilahirkan. tidak
perlu dijelaskan dari siklus menstruasi sampai pembuahannya. karena anak
juga belum bisa memahami.
Tidak membedakan
Informasi yang kita berikan harus equal atau seimbang antara anak laki-laki dan perempuan.
Gunakan istilah yang sebenarnya
Jelaskan
dengan istilah yang benar untuk alat kelamin dan payudara. tidak perlu
mengganti dengan istilah ”burung” atau yang lain.
Tidak mentertawakan
Pembicaraan
seputar seks bukanlah sesuatu yang lucu terlebih lagi karena yang
bertanya adalah anak-anak. mentertawakan hanya akan membuat anak tidak
nyaman.
Tidak memarahi
Bila keingintahuan yang normal ini tak
dipenuhi atau si anak malah dimarahi akan mengembangkan
perasaan-perasaan negatif. Anak akan merasa bersalah, jijik, cemas, dan
kurang nyaman terhadap seks.
Tidak menghindar
Ketika anak
bertanya, orangtua tidak perlu menghindar. Yang perlu diingat adalah
anak akan berusaha terus mencari jawaban untuk memuaskan rasa ingin
tahunya. Apa yang terjadi kalau mereka mendapat informasi yang salah
dari sumber yang tidak tepat? Akhirnya yang susah orangtua juga kan?
Gunakan alat bantu
Agar
pendidikan seks yang diberikan fun, penuh humor dan dapat dicerna
dengan mudah maka orangtua bisa menggunakan alat bantu seperti buku
cerita tentang reprodusi, poster anatomi atau boneka berjenis kelamin
laki-laki dan perempuan. Bisa juga jalan-jalan dilingkungan sekitar dan
menjadikan binatang atau tumbuhan sebagai media belajar untuk sex
education.
Tidak perlu tabu dan malu bicara seks dengan anak. Kalau
bicara seks saja tabu dan malu Lalu bagaimana kita bisa mendidik si
kecil untuk bisa menjaga diri? karena menjawab pertanyaan anak tentang
seks bukan hanya sekedar memuaskan rasa ingin tahu mereka saja tetapi
yang paling penting adalah kita menyiapkan mereka untuk mau menjaga
kebersihan organ vital sejak dini agar terhindar dari infeksi, pelecehan
seksual dan penyakit kejiwaan berkaitan dengan seksual.