Ditulis oleh Demitria Budiningrum (Kepala Sekolah Labschool Rumah Citta, ECCD-RC Jogja)
Dari Harian Jogja, Edisi minggu legi 22 februari 2009
Apakah orangtua kerap mengucapkan kalimat pada judul tersebut? Ataukah selama ini ‘pantang’ mengucapkan kata-kata semacam: aku sayang kamu, I love you, dsb, entah itu diucapkan kepada suami atau istri, orangtua, atau anak? Sering kita dengar orang mengatakan; Cinta tidak perlu diungkapkan dengan kata-kata. Benarkah?
Mungkin orangtua tidak sungkan mengucapkan sayang pada anak, tapi kepada suami atau istri boleh jadi sungkan atau tidak biasa. Mengapa? Tentu ini dipengaruhi oleh latar belakang keluarga. Diakui atau tidak, ada keluarga yang kurang membiasakan dengan seseorang mengungkapkan dengan Bahasa verbal yang lugas perasaan sayang kepada orang lain, termasuk kepada anggota keluarga. Banyak suami atau istri yang malu mengucapkan sayang pada pasangan hidupnya di depan anak.
Padahal, anak masih memerlukan dampingan untuk belajar berbagai bentuk perasaan, termasuk perasaan sayang. Anak masih belajar nama perasaan, sehingga orang tua perlu mengucapkan bahwa kita sayang pada seseorang atau sesuatu. Tidak ada salahnya bukan, mengatakan sayang pada suami atai istro, dan pada anak? Bukankah kita memang sayang kepada mereka?
Selain dengan mengucapkan secara verbal perasaan sayang kita, tentu ada cara lain membimbing anak mengembangkan perasaan sayang.
Menjadi contoh
Orangtua merupakan model pertama dan utama bagi anak. Orangtua perlu memberikan contoh menyayangi. Mengingat anak masih memerlukan sentuhan kasih sayang, maka orangtua tidak perlu segan memeluk, mencium, membelai kepala, menepuk bahu anak.
Mengajak anak melakukan
Tentu tidak baik kalau anak hanya melihat dan merasakan tanpa melakukan. Orangtua dapat mendorong anak untuk mengucapkan dan mengekpresikan perasaan sayangnya. Orangtua dapat mengatakan, ‘Ayo kasih pelukan kencang untuh ayah,’ ‘Ibu dicium dong, kangen nich…’ ‘peluk ayah yuk, tadi sudah kerja sama bersih-bersih rumah.’ Bila anak belum mau melakukan sendiri, dapat dilakukan bersama-sama.
Mengenalkan berbagai bentuk perilaku sayang
Perilaku yang menunjukkan perasaan sayang tentu banyak sekali. Orangtua perlu membantu anak mengenal berbagai perilaku sayang itu:
- Menenangkan teman yang menangis
- Membereskan dan merawat mainanya
- Membantu mengambilkan sapu
- Mau berbagi
- Menyiram tanaman
- Menghabiskan makanan
- Mengingatkan teman yang berbuat salah
Tentu saja berbagai perilaku sayang ini dilakukan oleh orangtua bersama anak, tidak hanya dikatakan atau melihat orang lain melakukan.
Membiasakan anak menyayangi berbagai hal
Sebenarnya apa saja sich yang harus disayayangi? Tentu saja banyak yang harus disayangi. Anak perlu terbiasa menyayangi anggota keluarga, teman, guru, pengasuh, pembantu, tukang becak, pengangkut sampah, anak yatim-piatu, teman yang berbeda agama, berbeda suku, berbeda kemampuan dsb. Selain menyayangi orang, anak juga perlu dibiasakan untuk menyayangi lingkungan: tumbuhan, binatang, air, tanah, udara, barang miliknya, rumah dsb. Lagi-lagi orangtua mencontohkan dan mendorong anak untuk melakukannya.
Uraian diatas menunjukkan bahwa mengajarkan kasih sayang pada anak dimulai dari lingkup keluarga terlebih dahulu, baru kemudian meluas pada lingkungan sekitar. Sulit bagi anak mengungkapkan kasih sayang pada orang lain jika keluarga tidak membiasakan anak untuk mengungkapkan kasih sayang.
Saya mengajak para orangtua untuk memperluas cakupan kasih sayang anak. Pada poin ‘membiasakan anak menyayangi berbagai hal’, saya telah memberikan beberapa contoh yang mungkin tidak terpikirkan oleh kita selama ini, yang perlu mendapatkan kasih sayang. Seberapa seringkah kita, orangtua, mengajak anak untuk menyayangi tukang becak, pengangkut sampah, teman yang berbeda agama, berbeda suku, berbeda kemampuan?
Ajakan sayang ini berlandaskan pada keprihatinan pada kondisi Masyarakat dewasa ini yang hanya mencintai ‘diri sendiri’. Sejak dulu kala Indonesia sudah beragam, mengapa kita tidak mencintai keberagaman itu? Keberagaman itulah yang membuat Indonesia kaya, yang membuat Indonesia dikenal seluruh dunia. Mari kita ajak anak mencintai keberagaman sejak dini.