Dampak hebohnya video porno

Oleh Herlita Jayadianti (Koordinator Media Kampanye ECCD-RC Jogja)

Siapapun pasti miris, prihatin dan sedih melihat berita beberapa minggu belakangan ini terkait beredarnya video porno mirip artis. Dampaknya bagi anak tentu besar sekali bahkan jauh lebih besar jika dibandingkan dengan narkotika dan obat-obat terlarang (narkoba). Selama ini, kita orang tua menanggap ancaman paling menakutkan terhadap tumbuh kembang anak-anak adalah narkoba. Banyak informasi yang beredar tentang akibat kecanduan narkoba memang membuat kita bergidik. Namun siapa sangka, menurut penelitian terbaru bahwa dampak negatif video porno pada anak-anak ternyata lebih mengerikan dibanding dengan narkoba. Jika narkoba dapat merusak 3 syaraf otak anak maka tayangan pornografi dapat merusak 5 syaraf otak anak. Wow!

5 syaraf yang bisa rusak itu adalah:

Bagian depan otak yang mengatur gerak dari perilaku akan menyusut. Bisa berpengaruh pada berkurangnya rasa tanggungjawab. Neuron transmitter, yakni bagian otak yang mengontrol pada kesenangan, bekerja berlebihan. Pada saat dewasa mereka akan berperilaku hanya berdasar kesenangan saja, sehingga tidak dapat mengontrol dirinya. Ketidakmampuan mengontrol batasan perilaku, akibatnya kecenderungan untuk mudah depresi lebih besar. Saat dewasa anak-anak yang biasa menyaksikan pornografi hanya memandang Wanita sebagai objek seksual saja. Ada kemungkinan melakukan kekerasan seksual dan phedophilis (berorientasi seksual pada anak-anak)

Pada anak-anak, otak depannya belum berkembang dengan baik. Sedangkan otak depan adalah pusat untuk melakukan penilaian, perencanaan dan menjadi eksekutif yang akan memerintahkan tubuh untuk melakukan sesuatu. Pada otak belakang merupakan pendukung dari otak depan. Disini juga dihasilkan dopamine, yaitu horman yang menghasilkan perasaan nyaman, rileks atau ‘fly’ pada seseorang. Seorang anak yang kecanduan akan sulit menghentikan kebiasaannya sehingga dia akan melakukan hal tersebut berulang kali. Anak dapat merasa bersalah tetapi tidak berani mengutarakan perasaannya kepada orangtuanya karena takut atau kesibukan ayah dan ibunya. Dalam keadaan cemas, otak berputar 2,5 kali lebih cepat dari putaran biasa pada saat normal. Akibat perputaran yang terlalu cepat ini, otak seorang anak dapat menciut secara fisik sehingga otak tidak berkembang dengan baik. Suatu keadaan yang dapat merusak masa depan seorang anak. Selain itu, gambar-gambar porno yang banyak beredar di internet, biasanya akan melekat dan sulit untuk dihilangkan dalam jangka waktu yanh cukup lama. Tidak hanya sampai disitu, dampak negative lain pun bisa diterima anak antara lain seperti pelecehan seksual, penyimpangan seksual, sulit konsentrasi, tidak percaya diri, menarik diri, meniru dan sebagainya.

Yang bisa kita lakukan, damping anak saat nonton dan melakukan gerakan melek media. Control terhadap media baik itu internet, tv, radio, majalah harus ada ditangan kita. Kalau di negara lain media boleh lebih cerdas dari penonton, pemirsa atau penikmat maka di negara kita, kita yang harus lebih cerdas dari media. Tidak ada yang tidak mungkin jika kita mau berusaha. Walaupun dalam semingggu ada 4000 tayangan pornografi yang di upload melalui internet dan telepon genggam dan tidak bisa dibendung, kita tetap harus berjuang dengan pikiran untuk melawan dampak tayangan pornografi.

Yuk kita bersama-sama melihat lebih dekat lagi, mengenal jauh ke dalam diri. Karena ternyata banyak hal yang telah membuat mat akita tertutup, ketika mengesampingkan kenyataan bahwa media khususnya televisi dan internet adalah ancaman serius bagi anak-anak. Televisi dan internet, adalah sebuah jendela yang membuat kitab isa menengok berbagai kejadian di berbagai sudut dunia, lalu perlukah kita sebagai orangtua memasang tirai yang bisa setiap saat membuka dan menutup rapat jendela itu? Tentu tidak. Mari kita sama-sama ‘melek media’ sembari tetap melindungi anak-anak. Semoga bermanfaat.

Harian Jogja, 11 Juli 2010

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *