Tanya:
Cucu saya saat ini kelas IV SD. Dulunya dia anak yang pemberani. Tapi beberapa bulan belakangan ini dia lebih sering mengurung diri di dalam kamar. Kalau ada tamu yang dulunya senang bersalaman, sekarang dia tidak mau keluar. Memang di lingkungan kami tidak ada teman sebaya dia jado dia tidak punya teman main. Kegiatannya sepulang sekolah hanya di kamar, menonton TV, dan main PS (play station), apa yang sebaiknya kami lakukan?
Ibu Nora di Jogja
Jawab:
Ibu Nora yang baik, perubahan perilaku yang terjadi pada anak biasanya disebabkan oleh kejadian yang menimpa anak. Kalau dulu anak senang melakukan sesuatu dan sekarang tidak lagi, ada beberapa hal yang mungkin menyebabkannya. Bisa jadi karena anak sudah tidak menemukan suatu hal yang menarik lagi sehingga ia memilih kegiatan yang lain. Bisa juga karena anak pernah mengalami kejadian yang tidak menyenangkan sehingga ia enggan atau takut untuk mengulanginya lagi. Nah, alasan yang kedua ini yang perlu diwaspadai, karena bisa jadi ada tamu yang membuat anak menjadi kapok untuk bersosialisasi dengan orang dewasa. Misalnya dengan mencolek, mencubit pipi, mengolok dan lain sebagainya. Untuk mengetahui penyebabnya ada baiknya ibu mengajak cucu ibu untuk berbincang. Tahan diri untuk menasehati sebelum tahu betul penyebabnya.
Selain itu fasilitas yang tersedia di dalam kamar anak juga bisa menjadi pemicu anak enggan keluar dari kamar dan bersosialisasi. Kalau di kamar sudah ada TV, ada game yang menarik, kemungkinan anak tidak lagi merasakan kebutuhan bersosialisasi. Untuk apa harus keluar kamar saat ada tamu, jika di dalam kamarnya pun ia sudah bisa menghabiskan waktunya dengan kegiatan yang menyenangkan hatinya? Hal ini juga perlu diwaspadai, karena untuk kematangan emosi dan kemampuan sosialnya anak memerlukan pengalaman untuk berinteraksi dengan orang lain.
Oleh karena itu Bu Nora, selain mengajak cucu ibu berbincang saya sarankan mengurangi fasilitas di dalam kamar yang cenderung membuat anak menyendiri. Lagipula untuk menonton TV batas keamanan anak kan 2 jam, itupun sebaiknya didampingi oleh orang dewasa. Mengajak anak bersilahturahmi ke tempat saudara yang juga memiliki anak sebaya juga baik untuk dilakukan, karena anak bisa merasakan asyiknya bermain dengan anak seusianya. Hal lain yang perlu ibu amati adalah apakah cucu ibu memiliki hubungan sosial yang baik dengan temannya di sekolah. Jika tidak, sebaiknya ibu berkomunikasi dengan pihak sekolah untuk bersama-sama mencari jalan keluarnya. Jika ternyata hubungan dengan teman di sekolah baik-baik saja, baik juga jika di waktu libur cucu ibu diizinkan bertanda kerumah temannya atau sebaliknya. Demikian Ibu Nora, semoga bermanfaat.
Harian Jogja, 29 November 2009