Hadapi masa negativism

Tanya:

Yth, Bu Elga

Anak saya usianya 2,5 tahun. Saat ini saya sedang merasa kesulitan meladeni dia, karena suka melawan dengan membalikkan perkataan. Misalnya bila saya sarankan memakai baju yang bagus dia bilang baju itu jelek, kalau saya bilang makanan ini enak sering minta ‘ke sana’ nanti kalau sudah diantar ketempat yang dia tunjuk minta kembali lagi ketempat semula. Banyak juga hal-hal yang direspon oleh dia dengan kata ‘emoh’. Bagaimana kami harus menghadapinya? Kadang-kadang saya tidak sabar dengan perilakunya tersebut.

Bu Listiani, Gampingan.

Jawab:

Yth Bu Listiani,

Usia 2-3 tahun memang merupakan usia dimana anak mulai menyadari bahwa dia memiliki control atas lingkungannya. Usia ini, pada beberapa anak, merupakan masa negativism. Hal ini sering ditunjukkan dengan berkata ‘tidak’ pada apapun yang ditawarkan padanya atau membalikkan perkataan. Perilaku seperti ini sebenarnya bukan karena ia sedang melawan, tapi ia ingin melihat sejauh mana lingkungan bereaksi terhadap apa yang dilakukannya. Ia memang sedang senang ‘menguji’. Fase seperti ini merupakan bagian dari usaha anak untuk mengembangkan sense of self yaitu bahwa dia adalah individu yang terpisah dari lingkungannya. Anak mulai menyadari yang menguji apakah dia memiliki otonomi atas hal-hal yang terkait dengan dirinya dan ini adalah salaj satu cara untuk mengekspresikan dirinya dan proses mengembangkan kemandirian.

Tetap bersikap tenang dan menjaga nada suara tetap rendah akan sangat membantu kita sendiri dan anak. Anak akan melihat kita tidak marah atas keinginannya menunjukkan ‘aku’ nya. Jika kita kehilangan kesabaran atau mulai menggunakan perintah yang keras justru bisa memunculkan pertengkaran dan memicu respon anak yang semakin keras. Salah satu strategi yang efektif adalah dengan menawarkan berbagai pilihan dan meletakkan pengambilan keputusan pada anak, misalnya daripada mengatakan ‘’baju ini bagus’’, ambil beberapa baju dan tanyakan mana baju yang hari ini ingin dia kenakan. Dengan memberikan beberapa kesempatan untuk menentukan pilihan, anak akan merasakan dia memiliki control atas apa yang terjadi padanya. Memang pada beberapa kasus kita terpaksa tidak bisa memberikan pilihan.

Salam hangat.

Elga Andriana- Konsultasi Pendidikan dan Pengasuhan Anak Usia Dini ECCD-RC Jogja

Harian Jogja 9 Agustus 2009

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *