Tanya:
Anak saya, laki-laki. Saat ini umurnya 4 tahun. Ada perilakunya yang sering sekali membuat saya naik darah. Setiap kali ada orang datang membawa kendaraan, dia pas minta ikut. Awalnya keinginan ini selalu dituruti , tapi lama kelamaan saya khawatir ini menjadi kebiasaan buruk.Bahkan kalo ada om atau tantenya datang dai luar kota dia selalu menangis minta ikut. Kalau tidak diajak dia akan mengamuk. Biasanya untuk menenangkannya suami saya mengajaknya berkeliling menggunakan kendaraan pribadi sampai dia diam. Bagaimana ya mengatasi ini, mohon bantuannya, terimakasih.
(Tari, Bantul)
Jawab.
Ibu Tari yang berbahagia.
Anak-anak senang menaiki kendaraan merupakan hal yang wajar. Kendaraan baik itu sepeda, becak, motor, mobil atau dokar memiliki sensasi tersendiri bagi anak yang menaikinya. Sensasi menyenangkan ini membauta anak ingin mengulanginya lagi dan lagi.
Apalagi dengan pengalaman anak sebeblumnya, jika ingin ikut pasti lalu diajak ikut, membuat anak berpikir bahwa jika ia minta ikut pasti akan dikabulkan. Akibatnya begitu tidak diajak, anak menjadi kecewa lalu menangis. Biasanya tangis akan semakin keras, bahkan mengamuk. Anak berharap dengan mengamuk keinginanya akan terpenuhi. Dan kalau keinginan anak benar terpenuhi setelah ia megamuk, amak ia akan mengamuk setiap kali ingin ikut. Karena baginya mengamuk adalah cara efektif untuk menaklukan hati orang dewasa.
Maka jika inu ingin perilaku ini berkurang maka sebaiknya ibu membiasakan untuk membuat kesepakatan dengan anak. Misalnya jika ada om tante datng, dan tidak akan mengajak anak ibu, sejak awal orangtua sudah memberi tahu anak. ‘’Nanti om dan tante pulang, adk tetap dirumah ya mau main apa smaa ibu/ayah?’’
Kesepakatan ini harus dilakukan secara konsisten. Artinya jika sejak awal anak tidak diajak, ya tidak usah diajak. Meskipun anak menangis tetap tidak usah diajak, sehingga anak tidak bingung. Kekompakan antara orangtua dan orang lain yang ada dirumah juga perlu diusahakan. Kalau ayah bilang tidak, sebaiknya ibu juga bilang tidak. Sebaliknya jika ibu membolehkan ayah juga membolehkan. Termasuk kepada om dan tante, perlu disepakat dengan beliau untuk tidak usah mengajak si anak.
Sebagian orangtua mengatasi masalah ini dengan mengelabuhi anak. Contohnya agar anak tidak melihat ayahnya pergi anak lalu sengaja diajak ke kebun belakang dan sebagainya. Hal itu sebetulnya dampaknya kurang baik karena anak dibiasakan menghindari masalah. Meskipun berat, sejak kecil anak perlu dikenalkan dengan perpisahan, dengan kondisi dimana tidak semuanya keinginannya terpenuhi. Hal ini akan memberi anak pengalaman dan kemampuan menghadapi masalah atau menghadapi situasi yang kurang menyenangkan. Semoga bermanfaat. (Hasanah Safriyani, S.Psi, Psi)
Artikel ini pernah dipublikasikan dalam versi cetak Harian Jogja, 11 Oktober 2009