Menceritakan rencana perceraian ke anak

Tanya

Yth Ibu Elga,

Saya dan istri saat ini sedang dalam proses perceraian. Kami mempunyai 2 orang anak berusia 7 dan 8 tahun. Kami sudah bersepakat kedepannya anak-anak akan diasuh bergantian. Pada hari kerja mereka diasuh oleh ibunya, sementara akhir hingga awal pekan anak-anak bersama saya. Selama ini kami belum pernah mengajak anak bicara tentang perceraian. Saya amati si adik kelihatannya tidak ada perubahan, namun kakak memang tampak lebih pendiam dari sebelumnya. Saya mohon bantuannya bagaimana menjelaskan masalah perpisahan dan giliran mengasuh ini kepada anak. Saya tidak pandai berbicara dengan anak Bu dan selama ini mereka memang lebih dekat dengan ibunya. Terimakasih.

Bapak Rizky (Jogja)

Jawab

Yth Pak Risky

Perpisahan memang suatu hal yang mendatangkan konsekuensi rumit bagi semuanya. Niat bapak untuk menjelaskan ke anak sangat baik karena anak berhak mendapatkan informasi tentang perubahan yang terjadi dalam keluarga yang berdampak bagi mereka. Untuk itu dibutuhkan kejujuran dan kesabaran mengingat respon yang mungkin muncul dari anak-anak. Idealnya ayah dan ibu menyampaikan berita perpisahan dan rencana mengasuh bergiliran tersebut bersama-sama di depan anak. Jelaskan bahwa ayah dan ibu tidak bisa tinggal bersama lagi dan itu Namanya berpisah. Sebagian besar waktu akan kalian habiskan bersama ibu dan sebagain lagi bersama ayah. Ini perubahan yang tidak menyenangkan, tapi satu hal yang tidak pernah berubah dari ayah ibu adalah ayah dan ibu tetap menyanyangi kalian. Anak bisa jadi memberikan respon yang beragam, mis: marah, menangis, atau diam saja atau justru banyak bertanya. Dibutuhkan mendengar aktif dari pihak orangtua dengan cara menghargai respon anak dan menjawab pertanyaan mereka sesuai tingkat pemahamannya. Satu hal yang juga perlu diusahakan adalah bagaimana bekerjasama dengan mantan istri untuk menciptakan situasi-situasi yang ‘memudahkan’ anak-anak melalui hal ini, misalnya: orangtua tetap berkomunikasi dengan anak meski sedang diasuh oleh pihak lain, atau orangtua saling mendukung anak untuk kooperatif  bila sedang diasuh oleh pihak lain. Dengan begitu membantu memberikan rasa aman bagi anak dalam situasi sulit.

Salam, Elga Andriana.

Harian Jogja, 8 Maret 2009

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *