Mengajak anak silaturahmi, mengapa tidak?

Oleh Hasanah Safriyani (Direktur ECCD-RC)

Mengajak anak bertamu, seringkali menjadi masalah yang dilematis bagi orangtua. Di satu sisi, melalui bertamu anak akan belajar banyak hal. Disisi lain, mengajak anak bertamu juga memiliki risiko, anak tidak nyaman lalu mengajak pulang, anak rewel, anak membuat kekacauan, atau malah bikin malu. Sebetulnya sayang kalau karena risiko tadi kita lantas memilih untuk meninggalkan anak dirumah. Itu sama artinya kita menghilangkan kesempatan anak untuk mengembangkan dirinya. Tapi bagaimana dengan risikonya? Demikian beberapa hal yang mungkin patut dicoba, untuk meminimalisir risiko saat mengajak anak bertamu.

  • Pertimbangkan kenyamanan anak. Suasana yang tidak nyaman cenderung membuat anak susah diajak bekerjasama. Maka jika ingin mengajak anak bertamu kita musti memperhatikan jarak tempuh, kondisi tempat yang akan dikunjungi, serta lamanya kunjungan.
  • Persiapkan anak. Agar lebih adil buat anak, anak juga perlu diajak mempersiapkan diri. Orangtua bisa memberi informasi tentang tempat yang mau dikunjungi, siapa yang akan ditemui, dan apa yang bisa dilakukan disana. Bicarakan etika dan aturan yang berlaku ditempat yang akan kita datangi. Batasi info aturan pada hal yang boleh dialkukan anak, sehingga tidak penuh dengan ancaman. ‘’Disana nanti kamu boleh main di halaman, tidak keluar pagar. Hiasan yang ada di ruang tamu untuk dilihat saja ya..’’ bukan ‘’nanti disana jangan keluar pagar lho, awas nanti kalau kamu pegang-pegang hiasan diruang tamu!’’ Dengarkan juga apa yang dikhawatirkan anak ditempat bertamu nanti, lalu cari bersama solusinya.
  • Hargai anak. Perlakukan anak sebagai individu yang sedang bertamu juga, bukan sekedar pelengkap penderita yang kita abaikan. Saat datang anak diperkenalkan ke tuan rumah (boleh menganjurkan anak bersalaman, tapi tidak perlu terlalu ngotot karena bisa membuat anak menarik diri). Hindari menegur anak dengan intonasi keras di depan orang asing (kecil-kecil anak juga punya harga diri lho). Jika ingin menegur anak yang lupa melepas sepatu kitab isa mendekatinya dan berbisik ‘’kak..sepatunya ditaruh diluar yuk..’’). Merendahkan anak untuk kesopanan juga sangat tidak disarankan, misalnya,’’duh maaf ya jeng..anak saya memang nakal’’ kalimat seperti ini hanya akan membuat anak berpikir bahwa ia memang nakal, plus merasa tidak dihargai.
  • Evaluasi. Karena ini projek bersama, tidak ada salahnya saling memberi masukan. Sepulang dari bertamu, kita bisa melakukan evaluasi kecil-kecilan dengan anak. Anak juga boleh memberi masukan kepada orangtuanya. Meskipun sudah dipersiapkan sesiap-siapnya mungkin saja buah hati kita melakukan kesalahan saat bertamu. Namanya juga anak-anak. Ketulusan dan sikap bijak orang tuanyalah yang akan membantu anak untuk belajar dari kesalahannya tanpa harus menjadi trauma. Semoga berhasil.

Harian Jogja, 27 September 2009

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *