Perlukah kursus untuk anak usia dini?

Saat ini banyak sekali ditemukan tempat-tempat kursus untuk anak usia dini. Sebetulnya kursus bisa berdampak negatif maupun positif.

Dampak negatif kursus?

  • Anak merasa terpaksa. Hal ini terjadi apabila kursus tersebut keinginan orang tua, bukan keinginan anak. Ciri anak merasa terpaksa adalah dia tampak tidak antusias, sengaja mengulur wajtu agar tidak berangkat kursus, atau sama sekali enggan menceritakan kegiatan kursusnya.
  • Waktu bermain anak jadi berkurang. Anak belajar melalui bermain. Dengan jadwal kursus yang ketat, anak kekurangan waktu untuk bisa bermain sesuai dengan yang ia inginkan.
  • Anak di- drill terus waktu 1 keterampilan tertentu sehingga perkembangan aspek yang lain jadi berkurang. Anak memiliki banyak potensi kecerdasan. Apabila waktunya digunakan hanya untuk mengasah 1 potensi saja, misalnyamenyanyi/ menggambar, maka potensi dibidang yang lain kurang mendapat kesempatan untuk berkembang.

Dampak positif kursus?

  • Anak bersosialisasi selain dengan teman-teman di sekolah. Anak yang mengikuti aktivitas selain di sekolah mendapatkan kesempatan membangun interaksi dengan teman di luar sekolah. Hal ini memperkaya pengalaman anak, apalagi kalau ia bertemu dengan teman teman yang sama hobi atau kegemarannya, potensi anak di aspek tersebut dapat semakin terasah.
  • Aspek terfasilitasi mengembangkan bakatnya. Dengan mengikuti kursus, bakat anak semakij terasah. Hal ini terutama apabila kursus tersebut memang sesuai dngan minata anak sendiri yang memintanya.

Apa yang sebaiknya dilakukan orang tua?

  • Lebih mementingkan proses daripada hasil
  • Pemilihan aktivitas berdasar pada minat anak

Kursus seperti apa yang perlu diwaspadai?

Sebaiknya orangtua berhati-hati dengan lembaga kursus yang:

  • Menjanjikan hasil yang muluk-muluk, misalnya pasti akan jadi juara, atau dalam waktu singkat menguasahi keterampilan tertentu.
  • Aktivitasnya menyenangkan , menghilangkan kekhasan setiap anak.
  • Kursus yang membuat anak stress, misalnya penuh dengan tekanan sehingga anak tidak terdorong untuk belajar dengan rasa senang.

( Hasanah Safriyani ECCD-RC)

Pernah di publikasikan oleh media cetak Harian Jogja, 7 Juni 2009

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *